Peta Kebahagiaan...
Inti dari kebahagiaan adalah "menerima apa adanya", yang dalam bahasa agama disebut dengan Qona'ah. Suatu kesalahan besar bila ada anggapan bahwa kebahagiaan itu disebabkan material, sebab buktinya banyak yang berlimpah kekayaannya tapi ternyata jauh dari kebahagiaan. Namun sebaliknya banyak orang yang biasa-biasa saja tetapi menjalani hidup dengan ketenangan dan kebahagiaan.
Kita semua mafhum bersama manusia hidup itu pasti akan mengalami pasang surut, kadang di atas kadang di bawah, kadang untung dan kadang rugi. Tidak ada yang selamanya bahagia dan tidak ada pula yang selamanya sengsara. Bila kita mentafakurinya kita bisa merasakan 75 persen dari hidup kita ada pada keberuntungan kita, sedang 25 persen nya lagi mungin ada pada cobaan dan kesengsaraan. Tetapi hati kita selalu mengatakan sebaliknya.
Di bawah ini adalah yang mendukung terjadinya peta kebahagiaan hidup manusia tersebut:
Fitrah manusia harus melakukan pekerjaan sesuai dengan potensi yang diberikan Allah SWT, Otak//akal, anggota tubuh, naluri serta hati harus dijalankan sebagai mana mestinya, sesuai apa yang sudah digariskan oleh Allah melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bila tidak maka konsekwensinya tidak akan pernah menemukan arti kebahagiaan tersebut.
Inspirasi hidup manusia semestinya menyacu pada hati dan naluri manusia, tidak pada akal atau otak. Memang banyak orang sukses yang terinspirasi dengan kata-kata atau renungan para ahli fikir, namun itu bisa saja mereka dapat mendapat kebahagiaan tetapi kebahagiaan itu hanya sebatas kebahagiaan dunia. Idealnya seorang Muslim harus terinspirasi pada Al-Qur'an dan As-Sunnah
Senang dan Menikmati Hidup
Hidup hanyalah sekali, bila tidak dinikmati rugilah hidup kita. Manfaatkan semua nya ada, lakukanlah yang terbaik yang kita bisa. Yakinilah kesenangan itu pasti akan didapatkan.
Bersyukur Setiap Saat
Syukur itu tidak terbatas ruang dan waktu. Aktualisasinya bisa diterapkan dalam semua aktifitas kita. Bila syukur itu hanya pada sebatas setelah ritual ibadah semata, maka tidak akan pernah didapatkan kebahagiaan itu.
Sumber: Asep Iwan
Syukur itu tidak terbatas ruang dan waktu. Aktualisasinya bisa diterapkan dalam semua aktifitas kita. Bila syukur itu hanya pada sebatas setelah ritual ibadah semata, maka tidak akan pernah didapatkan kebahagiaan itu.
Sumber: Asep Iwan